Langsung ke konten utama

Antara Sebat dan Ngurus Anak

 Hari ini, Sabtu 28 November banyak WEBINAR menarik-gratis lagi. Alhamdulillah tadi dapat kesempatan ikut diskusi yang diadain Jakarta feminist, topiknya tentang relasi sehat. Jadi bagaimana kita berhubungan dengan orang lain ga hanya pasangan tetapi juga bisa keluarga atau rekan kerja yang sesuai dengan norma. Atau istilah gampangnya yang ga toxic. Toxic sendiri ada banyak banget macamnya khususnya kalau menyangkut gender ya. Speaker nya tadi ada mbak Kalis Mardiasih, Ian Hugen sama mbak Gisella Tani mereka memaparkan bagaimana menjalankan sebuah relasi personal yg sehat saat berkomunikasi atau bersosialisasi dengan orang-orang. 

Menariknya, ternyata banyak dari kita yang belum sadar bahwa apa yang dianggap normal dan sewajarnya dalam sebuah hubungan dg orang lain yg khususnya menyangkut gender merupakan benih2 patriarki yang sulit diubah. Duh jadi berat ya, ehehe. Jadi intinya, perempuan semestinya memiliki 'jalan'nya sendiri ga perlu ada tekanan dari berbagai pihak. Misal contohnya, kamu menikah dan sebagai seorang istri kamu harus melayani suami kamu. Di ranjang dan di dapur, bukan. Normal. Kamu istri. Suami mesti kamu layani. Tetapi kita bisa menerapkan konsep negosiasi atau komunikasi dua arah yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Di ranjang misalnya, hendaknya suami tidak perlu memaksa kalau pas pengen , suami selayaknya menanyakan ke istri dulu mau atau nggaknya dan ini bisa dijalankan dengan baik jika ada proses komunikasi yang sejalan, searah, sevisi misi dan saling mengerti. Kedua masalah dapur, ga selalu istri wajib masak, kalau atas kehendak si istri pengen masak ya masak tapi ga perlu dipaksa kalau ga pengen ya boleh ngegrab food atau suami yang mau masak. Jangan sampai berpikiran nih istri males banget, masakin suami nya aja ga mau. Nope. 

That's why komunikasi mesti jalan. Istri bukan satu-satunya orang yg bertanggung jawab pada urusan domestik, semuanya bisa jadi saling membantu satu sama lain dan hal inilah yang ternyata tidak banyak diungkapkan oleh pasangan berumah tangga di Indonesia. Entah karena mereka mengadopsi nilai-nilai dari keluarganya dulu yang mana semua mesti istri atau karena itulah hal yang umumnya terjadi pada masyarakat. Relasi personal yg sehat yg dibahas juga ada mengenai hubungan dengan rekan sekantor atau teman setongkrongan dan lain-lain tapi sebenarnya aku nulis ini karena aku tadi sebel banget gara gara pas aku makan di warung, Dine in (ea dine in) ada pasangan muda lagi makan. FYI mereka bawa anak kira2 usia setahunan lah, udah selesai makan si suami langsung nyalain rokok, si istri masih lanjut makan eh tiba2 anaknya rewel, nangis gitu you know what? Si suami bukannya bantuin istrinya nenangin anaknya malah tetep slow sebatnya sambil dihembuskan itu asapnya sambil lihat ke langit luas, selowww banget, anak masih rewel, istri segera cuci tangan, btw ini tadi warung penyetan ya, berusaha nenangin si anak tadi, masih ga mau diem kan anaknya, si suami widih makin ngepul rokoknya, ga ada inisiatif gitu buat bantuin istrinya ya ampun gemesh banget pengen ku olesin sambel T.T huft. Sebelnya itu karena aku barusan ikut 2 diskusi mengenai topik yang intinya membahas tentang perempuan dan kesetaraan eh dihadapanku malah ada langsung dikasi contoh pemandangan relasi yang tidak sehat (toxic relationship) dan juga sistem patriarkis bahwa sekali lagi, istri adalah penanggung jawab sepenuhnya perihal urusan asuh mengasuh. 

G1L4! 

Jaman sekarang sih emang Alhamdulillah udah banyak laki-laki yg mulai mengerti perihal hal remeh remeh semacam itu, setidaknya punya empati dan simpati. Open minded tentang hubungan yang ga toxic itu yang bagaimana, tetapi ternyata banyak juga laki-laki yang masih small minded selain contoh mas-mas sebat kayak gitu ada banyak disekitar kita yang merasa bahwa memang tugas perempuan hanyalah manak dan masak, sering sih dapet komentar, cewek kok ga bisa masak? Well, aku males nanggepinnya,  aku masak karena aku pengen. Kalau aku ga pengen ya aku ga masak. Btw, masak adalah skill dasar yang mesti harus bisa dikuasai oleh siapapun keles. Sekalipun cuma sekedar masak telor. 

"Ih kamu feminis ya? Makanya ga mau masak ga mau cuci piring?" 

Huhuhu pengen nangis. Ini bukan masalah feminis atau tidak feminis. Hanya saja seumpama aku balik nanya hal ini ke cowok, kira-kira apa jawaban mereka? Kenapa mesti dihubung-hubungkan dengan perihal feminis? Masak, cuci piring, ga harus dikerjakan perempuan. Please deh ya, wah perempuan kok malas? Ada lagi yang suka ngejudge begini, bukan...bukan malas tapi kita melakukan jika memang kita ingin melakukannya bukan karena paksaan dari kamu. Huhuhu. Konsep pemikiran patriarkis yg seperti ini yg makin membuat syebel itu, masak kalah sama bapak aku. Di rumah even bapak kerja dan ibuk, ibu rumah tangga , bapak masih mau ngepel, dan setrika kadang bikin kopi juga, kadang suka masak juga. Bapak menerapkan prinsip pembagian kerja sejak dulu, ibuk nyapu bapak ngepel, ibuk nyuci baju bapak setrika, ibuk masak, bapak yg bikin kopi. Kalau ibuk capek atau lagi ga pengen masak, bapak yg masak atau kadang beli nasi. Bikin makin cinta sama bapak jadinya. Jadi relasi personal yg sehat ini mesti diterapkan sejak kalian bersepakat untuk membangun rumah tangga. Hal remeh Lo ini, gaes. Apa susahnya matiin rokok barang sebentar terus ngajak si anak dan biarin istri mu menghabiskan makanannya, ini ga perlu pakai2 literature untuk menerapkan konsep ini tapi cukup dengan empati. Masak ya ga punya juga? 

Nah, jadi tadi makan penyetan nya enak, dipinggir jalan gitu, suasana gerimis syahdu, semua berpasang-pasangan makannya aku setrong sendirian. Tapi suasanya syahdu seketika hilang gegara lihat laki-laki model begitu. Semoga kita bisa menemukan pasangan yang tepat. 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW : Tinder, Bottled dan Speaky, (Dating or learning aplikasi?)

Hello gaes, welcome to this Blog! Sebagai salah satu dari banyak wanita kesepian hahaha, Download aplikasi chatting adalah sebuah pilihan nyata. Nah, ini ada 3 aplikasi yang aku download untuk membunuh kesepian ku atau untuk menghilangkan awkward moment saat temen-temen kalian pada asyik main hape sementara kalian ga ada yang ngajak chatting. hahaha, so let's zoom in those 3 applications:  1. Tinder Aplikasi dating online yang dari dulu sampai sekarang masih setia digunakan oleh pengguna nya Termasuk aku even I never get so close with them. Tapi kadang kalo lagi iseng asyik aja swipe swipe an gitu. So aku udah pake aplikasi ini kurang lebih 3 tahunan gitu. Tapi sampai sekarang nggak nyantol-nyantol juga. Aplikasi tinder memungkinkan kamu buat ketemu orang orang yang secara jarak masih bisa terjangkau dengan kamu. Biasanya dia bakal nyari yang terdekat, about beberapa miles gitu. Cuman karena ini aplikasi yang pure buat dating so buat dapet banyak swipe kudu pinter pi

Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas

“Hanya orang yang enggak bisa ngaceng, bisa berkelahi tanpa takut mati.” Kalimat ini menjadi pembuka dalam novel seperti dendam rindu harus dibayar tuntas karya Eka kurniawan. Novel ini bercerita tentang Arjo Kawir, seorang lelaki yang harus menerima kenyataan bahwa burung (kemaluan) nya tidak bisa berdiri atau mengalami disfungsi ereksi. Asal muasalnya adalah ketika ia bersama temannya bernama si Tokek mengintip Rona merah, seorang perempuan gila yang diperkosa oleh dua orang polisi. Semenjak kejadian tersebut, Arjo Kawir harus hidup dengan burung yang enggan bangun dari tidur panjangnya. Meskipun sudah berbagai cara dilakukan oleh Arjo kawir untuk membangunkannya. “Si burung berpikir dirinya seekor beruang kutub yang harus tidir lama di musim dingin yang menggigilkan. Ia memimpikan butir-butir salju yang turun perlahan, yang tak pernah dilihat oleh tuannya.” (Hal.1-2) Begitulah Eka menggambarkan Keengganan burung Arjo Kawir untuk bangun. Sebagai seorang lelaki pasti saja Arjo

Review - Pacar seorang seniman- Ws. Rendra

Siapa yang tidak kenal Rendra? saya mengenal Rendra sebagai seorang penyair dengan puisi-puisinya yang luar biasa saya suka. Kali ini, Alhamdulillah saya berkesempatan membaca kumpulan Cerpen Ws. Rendra yang diterbitkan oleh penerbit bentang berjudul, Pacar seorang seniman. Duh, judulnya bikin deg deg an (Maklum, lagi pengen punya pacar seniman). Buku kumcer tersebut dihiasi dengan (apa ya nama nya..) lukisan-lukisan ditiap babnya. Covernya pun bergambar seorang perempuan berambur pendek dengan dominasi latar (agak) kuning dan hijau, ber'seni' banget. Cocok dengan judulnya. Cerita pendek ini ditulis Rendra pada tahun 1950-1960 an jadi, latar sosial, budaya maupun bahasanya ya disesuaikan pada jaman itu. Berasa lagi time travel, yang paling saya suka sih bahasanya. rapi dan manis. Well, didorong rasa penasaran pakai banget saya pun membaca kumcer ini dalam waktu yang singkat. Ada 13 cerita pendek dengan tema beragam. Tetapi I don't know why hanya beberapa cerpen yang meleka