Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Review - Perempuan patah hati yang kembali menemukan cinta melalui mimpi- Eka kurniawan

Judul: Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi Penulis: Eka Kurniawan Cetakan: Pertama-Maret 2015, Kedua- Juli 2015, Ketiga- April 2016 Penerbit: Bentang Pustaka ISBN: 978-602-291-072-5 Jumlah Halaman : 166 Halaman Ini adalah buku pertama yang saya baca semenjak saya mengenal Eka kurniawan. Awalnya, dengan judul yang menurut saya terlalu 'bermimpi' saya jadi ragu waktu membelinya. Tapi, ternyata keraguan saya seketika ditepis oleh sebuah cerpen pembuka yang berjudul gerimis yang sederhana. Saya begitu saja langsung jatuh hati. Tema yang diangkat sangat sederhana dengan bahasa yang juga sederhana tetapi begitu berkesan. Gerimis yang sederhana bercerita tentang sebuah pertemuan seorang gadis dan pemuda berlatar di Amerika serikat. Pertemuan yang pada mulanya saya tebak akan menjadi sebuah kisah cinta semacam, cinta pada pandangan pertama atau yang lainnya (hahaha, maklum saya anak alay yang suka kemainstreaman). Pertemuan singkat yang diakhiri dengan kal

Serenada

Berlarilah. Dekap hujan pada pelupuk resah membalut nyanyian duka Rasakan gemericik, rintik tangisan langit tanpa berkelit Menarilah. Dekap hujan pada akarnya, Genggam ia pada tangkainya, Biarkan aku berembuk pada cabang rindu Hujan adalah berkah segala kenangan tercurah, maka; Aku lepaskan denyut-denyut yang makin melecut kecut Selaksa rupa pesakitan menengadah kalah, meminta harap dan petuah.

Kelana

Pada hari dimana hujan bergemericik Aku menunggumu di warung dekat pohon jambu ditemani uap kopi menampar lembut pipi dan suara kodok berebut istri. Langit gelap mengepung bumi, menghujamkan lara tak bertepi dan, kau masih tak kunjung , datang Ocehan kodok main menjadi Derasnya hujan makin membasahi Tiada lagi bisa ku ciumi aroma kopi, Lekat dalam gelap lamat-lamat kecipuk air menyeruak, Di bawah payung biru, kau tersenyum padaku

Bertaruh Hujan

Mencercap sepi aku bertaruh pada hujan, Esok tiada lagi bisa kurengkuh kenangan Kerna bayangーsinarーmelejit pesat bak pesawat sementara pada sulur-sulur senja, aku mengerjap iba Rindumu akulah yang menanggungnya, serupa pucuk-pucuk bermekaran disirami hujan Deritamu, juga aku yang membawanya, sepanjang jalan padang rerumputan Bukankah, Tuhan tidak pernah salah menentukan letak cinta? Dan... Pada hujan aku sematkan. Pada Akar aku kuatkan, Pada pucuk bunga aku titipkan−deru rindu dan deritamu;kepada angin telah aku lepaskan                                                                            Bojonegoro, Kenapa datangmu bersamaan dengan hujan?