Langsung ke konten utama

Friend Zone

            Hujan lagi, begitu katamu. Lalu kita berhenti di depan warung. Ngiyup, begitu biasa kita bilang. Aku mencium aroma sedap dari warung bakso sambil melirik ke arahmu yang sibuk melepas jaket. Kamu tersadar, dengan cepat melihatku. "Nggak usah. makan di rumah aja." Aku cemberut masih berusaha merayumu tapi kamu tetap dengan tegas menolak. Dan aku pun ngedumel dalam hati, "ih pelit amat." Saat itu kita masih SMA yang pasti uang saku kita juga nggak seberapa. makan diluar dengan mu adalah sesuatu yang spesial karena kita mesti menyisihkan rupiah seminggu untuk sekedar menikmati KFC ala-ala ditempat tongkrongan gaul di tengah kota.
"Hujan lagi.Mesti kalau kita pulang jam segini selalu turun hujan." Katamu. "Kamu juga gitu, mesti ga pernah bawa jas hujan. Kalau besok ga bawa jas hujan mending kamu naik bis aja. " Ocehmu lagi. Aku hanya nyengir melihat mu cemberut. Aku suka hujan. Karena hujan membuatku lebih lama menikmati waktuku bersama mu. Pasti kita akan ngiyup kemudian akan cerita-cerita akan ketawa-ketawa seperti kamu benar-benar milikku seorang. "Mau makan?". "Emang ada duit?" Tanyaku. "Ada. kita makan bakso semangkok berdua aja." Katamu sambil ketawa. " Oke, teh panasnya aku aja." dan kita sepakat ngiyup di warung bakso sambil menunggu hujan reda. Ketika maghrib tiba kamu berhenti di Musholla. "Kok berhenti? kan 15 menit lagi kita sampai rumah?". "Tidak ada yang tahu mati seseorang." Jawabmu santai sambil memakirkan motor. Pikiranku berkecamuk, saat ini aku lagi menstruasi dan aku terlalu malu untuk bilang ini ke kamu. Kamu menyadari gelagatku yang agak enggan dan ragu-ragu."Lagi nggak sholat?" Tanyamu. Aku mengangguk cepat, lega tidak perlu mengatakan itu padamu. "Ya udah tunggu sini. jangan kemana-mana." Katamu sambil menyerahkan jaket, tas dan hapemu kepadaku. Aku mengangguk pasti lalu duduk di teras masjid. Seorang perempuan 30-an tersenyum ke arahku. Selagi aku duduk, dia bertanya," Wah, saya jadi keinget saya sama suami saya dulu, lihat adek." Aku terkesiap. "Eh, apanya mbak?". "iya itu pulang sekolah sampai maghrib terus mampir sholat dulu, ya di musholla ini. " Jawabnya. "Semoga bisa awet ya dek, sampai nikah sama kayak saya juga." Katanya lagi. Aku mengangguk sambil menahan ketawa. Tawa bahagia yang tidak bisa kupendam bahkan di 15 menit sisa perjalan kita sampai rumah. Kamu pun heran, memandangku dari spion kiri. "Kesambet apa woi?" Tanyamu. Aku pun menceritakan pertemuanku dengan mbak-mbak di Musholla. Kamu tertawa ngakak."Terus, kamu bilang apa?" Tanyamu. "Ya, karena aku bingung aku cuman ngangguk aja tak iya-in." Kamu ketawa lagi, "Eh btw, aku uda punya pacar, sorry nggak cerita." Katamu saat tepat sampai di depan rumahku. Aku melongo masih menatapmu tak percaya."Besok, ku ceritain." Katamu sambil berlalu. Dari situlah aku mulai sadar bahwa kebersamaan kita hanyalah ilusi dari pertemanan belaka. Kamu hanya menganggapku sebagai teman sementara aku sedikit mengharapkan lebih. Untungnya, aku tidak terlalu banyak menakar rasaku padamu dan sejak malam itu aku bisa melihatmu lagi hanya sebagai teman, tidak lebih. 
        Sebenarnya, bagiku tidak ada yang berubah meskipun kamu sudah punya pacar. Kita tetap berangkat dan pulang bersama hanya kadangkala kamu asik dengan hapemu sambil tersenyum. Melihatmu masih menjadikanku sebagai prioritas membuatku sungkan dan malu maka, ketika istirahat, sengaja aku datang ke kelasmu. "Aku nanti pulang sama Rini ya, helm nya nanti aku ambil." Kamu terheran, "Lah, tumben?". "iya. Mau main dulu." Jawabku. "Okai, Hati-hati jangan sampe malam." Aku mengangguk dan sambil agak berlari menuju kelas ku. Aku sengaja tidak pulang dengan mu agar kamu bisa menikmati waktu dengan pacarmu. Agar seenggaknya aku bisa sadar diri bahwa kamu sudah ada yang memiliki.
            
         Dan waktu pun berlalu dengan cepatnya, sementara kita masih saja tidak pernah berubah. Entah sudah berapakali kau bergonta ganti pacar sementara aku masih saja dengan kesendirianku yang kadangkala membuatmu bertanya heran, "Masak nggak ada sih yang kamu suka?" Yang selalu ku akhiri dengan ketawa lepas dan berganti topik, yang membuatmu akhirnya menyerah dan tidak menanyaiku lagi. Kadang, disaat kita duduk berdua diteras depan rumahku, ku pandangi lama-lama wajahmu dan teringat begitu saja kenangan-kenangan kita saat SMA dulu, kadang aku bisa merasakan ekor matamu tengah melirikku. Kita hampir bisa menceritakan semuanya, meski ada satu hal yang tidak bisa aku ceritakan kepadamu. Bukan soal aku mencintaimu dulu. Tidak. Aku menyadari betul itu hanya rasa sayang terhadap teman, tidak lebih. Karena rasa nyaman semacam itulah membuatku bisa menceritakan apapun kepadamu. Kecuali satu hal ini. Karena aku masih belum siap menerima cacian dari mu. Kamu pasti akan mengolokku habis habisan.
"Well, I know that I'm so Handsome enough." Katamu. "Hah?"."Ga usah ndelok sampe koyo ngono." Katamu sambil ketawa, "Hahaha, iyo e, awakmu ganteng banget emang sayang jomblo. hahaha, " Balasku. "Kata siapa?" Kilahmu. "Suer? Who's the unlucky girl?" Kamu ketawa ngakak, kemudian memperlihatkan IG nya kepadaku. Kamu selalu suka cewek cantik, Mantanmu juga cantik-cantik. "hmmm. Cantik..." Komentarku. "Yes, dan dia juga kayak kamu gitu, suka nulis puisi, suka baca."
"Hah, ngapain kamu sama dia kalau nyarinya kayak aku juga.?" Kataku tanpa sadar. Membuat sedikit keheningan diantara kita, dan aku pun memecah dengan menambahkan, "Tapi dia ayu sih ya, makane kamu lebih pilih dia." dan apa yang aku katakan malah memancing mu dengan segudang pertanyaan. " Wait, wait. Maksudmu?". Aku pun gelagapan berusaha mengatur ketenanganku. Kau menambahkan, "Ini soal hati bukan soal beauty." Aku tertawa, iya yaa jawabku singkat. Dan kita pun kembali mengobrol seperti biasa. Kebersamaanku dengan mu hanyalah sebatas teman, Rasa-rasanya aku perlu terus mengingat hal itu. Paling tidak untuk membuatku sadar bahwa apa yang kamu lakukan selama ini karena kita hanyalah teman. Hanya- bahkan kata itu cukup membuatku kesal.

Hari-hari berikutnya selalu kita habiskan bersama sampai kita lulus SMA dan kita pun akhirnya berpisah. Satu hari sebelum kita berangkat ke kota yang berbeda, kita bertemu di taman dekat rumah. Tidak banyak obrolan saat itu, sesekali kita hanya saling melempar pandang atau menghela napas panjang. "Hati-hati besok disana." Katamu akhirnya. Aku cuma mengangguk. Kamu menatapku "Sejujurnya aku penasaran, Kamu suka cowok kan?" Aku tersentak dan spontan memukul pahamu. "iya lah, nggak aku nggak lesbi." Jawabku sambil tertawa. Kamu mengangguk, Tapi kamu ga pernah cerita soal cowok ke aku. Aku terdiam sesekali menatapnya, kemudian ku lemparkan pandanganku pada langit malam. "Cerita aja..." Tambahmu. Ku hela napas dalam-dalam "Aku ga tau sih, aku kayaknya masih suka sama temenku SMP tapi ga tau juga....Aku bingung, kadang aku suka kepikiran kadang juga enggak." Kamu melihatku, aku susah mengartikan maksudnya. Lalu kita kembali terdiam. Bahkan aku juga tidak tahu tentang perasaanku kepadamu. apa sekedar teman atau lebih dari itu. Tambahku dalam hati. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. "Keretamu pagi kan besok?" Tanyaku. Kamu mengangguk, menghela napas panjang seolah tidak ingin pergi. "Aku udah nggak sama Pritta." Katamu tiba-tiba. "Dia minta putus." Tambahnya."Serius?" Kamu mengangguk. "Tapi, anehnya aku biasa saja. Aku nggak tahu kenapa.." Aku menghela napas panjang, kuberanikan untuk menggenggam tanganmu. Dingin. "Kamu tahu aku kadang heran lihat kamu bisa begitu mudah menemukan seseorang, dan aku yang hanya terpaku pada satu orang saja.Tapi, tenang mungkin nanti pas kuliah kamu akan menemukan yang lebih baik dari Pritta. Atau kalaupun tidak, kita bisa menjomblo selamanya." Kamu memelukku dan menepuk pundakku pelan. "Selalu kabari aku saat disana ya, " 

Begitulah, time fliest so fast dan intensitas pertemuan kita memang tidak sesering saat kita SMA ataupun kuliah  tapi kita masih menyempatkan untuk bertemu. Kamu berubah begitu juga dengan aku. Kamu lebih serius terhadap kehidupan, mulai menyusun rencana-rencana masa depan mulai mempertimbangkan untuk menikah di usia muda. Impianmu sederhana Lulus kuliah, kerja dan menikah. Sementara kamu masih saja tetap heran dengan pilihanku yang masih saja betah sendiri. Ku bilang padamu, "aku akan menjadi Maryam." kamu tertawa mendengarnya. Ku bilang sekali lagi. "Tapi aku mau punya anak, jadi setidaknya aku tidak akan kesepian." Kamu masih tertawa, apa guna nya, toh Isa diangkat ke langit juga. Maryam tetap sendiri dan mungkin kesepian. Katamu. Aku menoleh, menatap wajahmu lekat, menyibak rambut didahimu. Kamu tertegun. Aku yang seharusnya memegang kendali atas tindakanku tiba tiba tercekat, sadar bahwa apa yang aku lakukan tidak benar. Kita bukan lagi anak SMA. Kita sama sama dewasa sekarang. Aku segera berdiri, agak canggung. Berusaha mencari topik berusaha mencari alasan. Tetapi kamu diam saja, tidak berkutik. Aku malu dengan mu dan dengan diriku sendiri. Lalu seorang perempuan datang mendatangi meja kita. "Maaf yang aku telat. Udah lama ya?" Aku menatap kalian berdua bergantian.Dadaku berdegup kencang aku tahu, seharusnya aku tahu sejak lama. Ada rasa diantara kita dan kita bukan hanya sekedar teman. Kamu memanggilku, "Kita sudah tunangan." Katamu. 


(November, 2019)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW : Tinder, Bottled dan Speaky, (Dating or learning aplikasi?)

Hello gaes, welcome to this Blog! Sebagai salah satu dari banyak wanita kesepian hahaha, Download aplikasi chatting adalah sebuah pilihan nyata. Nah, ini ada 3 aplikasi yang aku download untuk membunuh kesepian ku atau untuk menghilangkan awkward moment saat temen-temen kalian pada asyik main hape sementara kalian ga ada yang ngajak chatting. hahaha, so let's zoom in those 3 applications:  1. Tinder Aplikasi dating online yang dari dulu sampai sekarang masih setia digunakan oleh pengguna nya Termasuk aku even I never get so close with them. Tapi kadang kalo lagi iseng asyik aja swipe swipe an gitu. So aku udah pake aplikasi ini kurang lebih 3 tahunan gitu. Tapi sampai sekarang nggak nyantol-nyantol juga. Aplikasi tinder memungkinkan kamu buat ketemu orang orang yang secara jarak masih bisa terjangkau dengan kamu. Biasanya dia bakal nyari yang terdekat, about beberapa miles gitu. Cuman karena ini aplikasi yang pure buat dating so buat dapet banyak swipe kudu pinter pi

Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas

“Hanya orang yang enggak bisa ngaceng, bisa berkelahi tanpa takut mati.” Kalimat ini menjadi pembuka dalam novel seperti dendam rindu harus dibayar tuntas karya Eka kurniawan. Novel ini bercerita tentang Arjo Kawir, seorang lelaki yang harus menerima kenyataan bahwa burung (kemaluan) nya tidak bisa berdiri atau mengalami disfungsi ereksi. Asal muasalnya adalah ketika ia bersama temannya bernama si Tokek mengintip Rona merah, seorang perempuan gila yang diperkosa oleh dua orang polisi. Semenjak kejadian tersebut, Arjo Kawir harus hidup dengan burung yang enggan bangun dari tidur panjangnya. Meskipun sudah berbagai cara dilakukan oleh Arjo kawir untuk membangunkannya. “Si burung berpikir dirinya seekor beruang kutub yang harus tidir lama di musim dingin yang menggigilkan. Ia memimpikan butir-butir salju yang turun perlahan, yang tak pernah dilihat oleh tuannya.” (Hal.1-2) Begitulah Eka menggambarkan Keengganan burung Arjo Kawir untuk bangun. Sebagai seorang lelaki pasti saja Arjo

Review - Pacar seorang seniman- Ws. Rendra

Siapa yang tidak kenal Rendra? saya mengenal Rendra sebagai seorang penyair dengan puisi-puisinya yang luar biasa saya suka. Kali ini, Alhamdulillah saya berkesempatan membaca kumpulan Cerpen Ws. Rendra yang diterbitkan oleh penerbit bentang berjudul, Pacar seorang seniman. Duh, judulnya bikin deg deg an (Maklum, lagi pengen punya pacar seniman). Buku kumcer tersebut dihiasi dengan (apa ya nama nya..) lukisan-lukisan ditiap babnya. Covernya pun bergambar seorang perempuan berambur pendek dengan dominasi latar (agak) kuning dan hijau, ber'seni' banget. Cocok dengan judulnya. Cerita pendek ini ditulis Rendra pada tahun 1950-1960 an jadi, latar sosial, budaya maupun bahasanya ya disesuaikan pada jaman itu. Berasa lagi time travel, yang paling saya suka sih bahasanya. rapi dan manis. Well, didorong rasa penasaran pakai banget saya pun membaca kumcer ini dalam waktu yang singkat. Ada 13 cerita pendek dengan tema beragam. Tetapi I don't know why hanya beberapa cerpen yang meleka